Senin, 18 Juli 2011

Tahajjud Sembuhkan Segala Penyakit

"Dan pada sebagian malam bertahajjudlah dengannya sebagai tambahan bagimu.Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji". (Al Isra': 79)

Mengapa Allah menyuruh kita bangun bangun di tengah malam untuk melaksanakan sholat tahajjud?
Apa rahasia di balik perintah Allah tersebut? Apakah betul orang-orang yang bertahajjud di tengah malam akan diangkat Alllah ke tempat yang terpuji?


Sholat Tahajjud, Stress, dan Hormon Kortisol (Hormon Stress)
Siapa bilang ajaran dalam agama Islam hanya dogma & doktrin. Prof.Dr.Muhammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, telah mampu membantah pandangan tersebut melalui desertasi yang ia pertahankan sehingga mendapatkan gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada program pasca sarjana Universitas Surabaya,
dengan judul "Pengaruh Sholat Tahajjud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik : Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi", menyimpulkan jika anda melakukan sholat tahajjud secara rutin, benar gerakannya, ikhlas, dan khusyu' niscaya anda akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker.

Hormon Kortisol Rendah
Desertasi ini melibatkan 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa, hanya 23 yang sanggup menjalankan sholat tahajjud selama 1 bulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahajjud selama 2 bulan.
Sholat tahajjud dimulai pukul 2.00 - 3.00 WIB sebanyak 11 roka'at, dengan dua roka'at sebanyak 4 kali dan ditutup sholat witir sebanyak 3 roka'at.
Dan selanjutnya, hormon kortisol (hormon stress) dari 19 siswa tersebut diperiksa di 3 laboratorium di Surabaya (Pramitha, Prodia, dan Klinika).
Apa yang terjadi?
Para siswa yang sholat tahajjud dengan rutin dan ikhlas berbeda dengan siswa yang tidak melaksanakan sholat tahajjud.
Mereka yang melaksanakan sholat tahajjud tersebut memiliki kadar hormon kortisol yang rendah.
Hal ini menandakan mereka memiliki ketahanan tubuh yang kuat dan kemampuan individu yang tangguh sehingga mampu menanggulangi masalah-masalah sulit dengan lebih stabil.
Hormon kortisol adalah salah satu hormon stress. Kadar hormon ini semakin meninggi ketika kita dalam keadaan stress.
Dengan kadar hormon yang meninggi kita lebih mudah berbuat salah, sulit berkonsentrasi, dan daya ingat kita kurang baik.
Hormon ini oleh pakar kesehatan dijadikan tolak ukur untuk tingkat/derajat stress seseorang.
Makin stress seseorang, maka hormon kortisol semakin meninggi dalam darahnya.
Hormon kortisol memiliki kadar tertinggi di waktu tengah malam hingga waktu pagi, terutama pagi-pagi sekali (normal di pagi hari berkisar 38-690 mmol/liter, sedangkan malamnya 69-345 mmol/liter).
Stress dan depresi menjadi penyakit yang lazim di zaman sekarang ini.
Stress sebenarnya keadaan yang positif bagi kita jika digunakan dalam keadaan yang masih wajar.
Jika berlebihan, maka kadar hormon adrenalin dan hormon kortisol akan meningkat sehingga mengganggu sistem kekebalan tubuh yang akhirnya kita mudah terkena infeksi, penyakit maag, asma, dan memperburuk penyakit degeneratif kronis (kanker, diabetes,rematik dan lain-lain).
Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin, ikhlas, dan khusyu' akan mampu menciptakan karakter baru serta tangguh bagi pelaksananya, sehingga kita akan memiliki persepsi dan motivasi yang positif yang nantinya akan terhindar dari stress.
Mungkin itulah maksud firman Allah pada surah Al-Isra' :79 di atas tentang diangkatnya para pelaksana sholat tahajjud ke tempat yang terpuji,
Allahu'alam (Allah yang Maha Tahu).

Mengapa harus tengah malam?
Kata tahajjud terambil dari kata hujud yang berarti tidur. Kata Tahajjud dipahami oleh al-Biqai dalam arti tinggalkan tidur untuk melakukan sholat.
Sholat ini juga dinamakan sholat lail/sholat malam, karena ia dilaksanakan di waktu malam yang sama dengan waktu tidur.
Apa rahasia bangun di tenah malam untuk sholat tahajjud?
Hal ini telah dijawab Allah pada surah al-Muzzammil ayat 6-7, berbunyi :" Sesungguhnya bangun di waktu malam, dia lebih berat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya bagimu di siang hari kesibukan yang panjang".

Dari ayat tersebut ada 2 hal yang begitu mengesankan kita.
Pertama, sengaja untuk bangun malam. Kedua, bacaan di malam hari memiliki efek dan dampak yang lebih mengesankan.
Sengaja bangun malam hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki niat kuat.
Niat yang kuat pasti didorong oleh motivasi yang kuat, sehingga pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Apalagi sholat tahajjud adalah sholat sunnah, InsyaAllah orang yang melaksanakan sholat sunnah adalah orang yang memang punya niat yang ikhlas & motivasi yang kuat. Lain halnya dengan sholat wajib, terkadang kita melaksanakan sholat wajib hanya sekedar "gugur kewajiban".
Sholat tahajjud dilakukan harus setelah tidur (meskipun sebentar). Apa manfaatnya?
Bangun tidur pasti pikiran kita lebih segar. Bayangkan dalam 1 hari, jantung kita berdetak 100.000 kali, darah kita mengalir melalui 17 juta mil arteri, urat darah halus dan juga pembuluh-pembuluh darah. Tanpa kita sadari rata-rata sehari kita berbicara 4.000 kata, bernafas sebanyak 20.000 kali, menggerakkan otot-otot besar sebanyak 750 kali, dan mengoperasikan 14 milyar sel otak.
Manusia perlu istirahat. Dan tidur adalah istirahat yang sangat baik menurut ilmu kesehatan.
Dengan tidur berarti terjadi proses pemulihan sel tubuh, penambahan kekuatan dan otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik.
Tak heran jika Allah berkehendak agar sholat tahajjud dikerjakan setelah tidur.
Dengan pikiran yang fresh akan membantu kita untuk lebih khusyu' memaknai ayat-ayat Allah yang kita baca.
Bacaan di malam hari lebih mengensankan dibandingkan di siang hari, mengapa demikian?
Orang yang hobinya break-breakan (ORARI), mereka lebih senang akan memilih berkomunikasi di malam hari kira-kira pukul 2.00 - 4.00, karena suara yang dihasilkan di waktu itu lebih cukup bagus dan jernih, walaupun daya jangkauannya sangat jauh.
Berbeda dengan siang hari, suara breaker tidak begitu jelas karena banyak frekuensi yang mengganggu.
Ini menandakan, bangun di tengah malam dan bersholat tahajjud sangat baik untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Dan komunikasi yang kita lakukan semuanya berbasis pada pancaran energi.
Penulis punya pengalaman menarik terhadap seseorang yang berumur paruh baya ketika berbicara dalam sebuah forum, di mana tutur katanya begitu santun didengar, wajahnya penuh percaya diri dan enak dipandang, memiliki karakter yang kuat untuk mempengaruhi orang yang berinteraksi dengannya.
Pada sebuah kesempatan penulis bertanya : "Apa kira-kira rahasia kelebihan yang saudara miliki selama ini?". Ia menjawab dengan singkat dan satun :
"Disiplinkan diri dengan ber sholat tahajjud".


Meditasi dan Tahajjud
Meditasi berarti keheningan, diam dan kesendirian. Keheningan muncul apabila pikiran sadar kita telah berhenti sepenuhnya.

John Kehoe, penulis buku terlaris "Mind Power" pernah melakukan tapa brata dengan menyingkirkan diri dari hiruk-pikuk dunia, kemudian menyepi di dalam hutan untuk melakukan meditasi. Hal ini ia lakukan untuk menembus batas kesadaran tertinggi atau lapisan terdalam pikiran bawah sadarnya melalui kesunyian dan pencarian diri.

Banyak dari mereka melakukan metode meditasi lewat relaksasi senam ringan, olah nafas, pergi ke tempat sunyi dengan menghidupkan kaset-kaset, CD pencerahan. Bahkan ada yang menggunakan aroma terapi wewangian, tak heran terlalu besar biaya yang dikeluarkan hanya untuk bermeditasi saja.

Padahal Allah telah memberikan jalan alternafif kepada kita pada 14 abad yang lalu untuk lebih dekat dengan-Nya lewat pelaksanaan sholat malam karena sholat adalah salah satu bentuk meditasi. Selama ini kita terjebak pada belenggu diri kita sendiri yang menjadikan sholat sebagai kewajiban semata, bukan sebuah kebutuhan,
kalau tidak sholat akan masuk neraka, terkesan Tuhan yang membutuhkan kita.

Padahal untuk melakukan sholat tahajjud kita tak perlu ke hutan, mengasingkan diri, cukup bangun di tengah malam kemudian berwudhu (bersuci) secara sederhana menurut rukun dan syaratnya. Tak perlu biaya mahal, hanya perlu tempat, dan sajadah yang bersih.

(dikutip dari : Tabloid NURANI )
Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Semoga Netters Syiar al-Sofwa senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala

BEBERAPA HUKUM SEPUTAR MIMPI

Mimpi (baik ru`ya atau ahlam) merupakan hal yang sering menyita perhatian kebanyakan orang sebab tiada hari yang mereka lalui tanpa mengalaminya. Sementara syari'at kita yang suci telah memaparkan secara rinci hukum-hukum yang terkait dengan mimpi. Bahkan dasar-dasarnya telah termuat dalam al-Qur`an al-Karim.

Landasan Mimpi

Mimpi disebutkan di banyak tempat dalam al-Qur'an, di antaranya, dalam surat Yusuf di mana kita menemukan bagaimana Allah subhanahu wata'ala memberikan informasi kepada kita mengenai Nabi Yusuf 'alaihis salam yang mengabarkan melihat ru`ya. Kemudian ru`ya (mimpi) itu ternyata terealisasi setelah sekian tahun. Pada ayat 4 surat Yusuf, Allah subhanahu wata'ala berfirman melalui lisan Yusuf ،¦alaihis salam, artinya,
"Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepada ku." (QS. Yusuf: 4).

Lalu pada akhir surat, Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya,
"Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf, 'Wahai ayahku inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; Sesungguhnya Rabbku telah menjadikan suatu kenyataan'." (QS. Yusuf:100).

Yakni bahwa saudara-saudaranya itulah yang dimaksud dengan kawakib (bintang-bintang) dalam mimpinya tersebut, sedang asy-syams (matahari) adalah ayahnya dan al-qamar (bulan) adalah ibunya.!

Dalam surat ini juga, Allah subhanahu wata'ala menginformasikan mengenai raja kafir yang bermimpi, lalu kemudian hal itu benar-benar terjadi seperti dalam mimpinya itu. (Baca: QS. Yusuf, ayat 43-44). Demikian juga di dalam surat al-Anfal, ayat 43-44; Yunus, ayat 62-64; al-Isra', ayat 60 dan lainnya. Sedangkan dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga terdapat banyak sekali penyebutan tentang mimpi, di antaranya:

- Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ru`ya Shadiqah (mimpi baik) itu merupakan satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian." (HR. al-Bukhari)

- Sabda beliau, "Ru`ya Shadiqah berasal dari Allah dan 'hulm' berasal dari setan." (HR. al-Bukhari), dan hadits-hadits lainnya.

Kedudukan Mimpi

Mimpi memiliki kedudukan yang agung sejak awal pertama terciptanya manusia. Mereka sangat perhatian terhadapnya karena ia merupakan hal yang aneh dan unik. Tak heran, bila tidak pernah pada suatu zaman kosong dari kehadiran para pena'bir mimpi. Hal ini dikarenakan masalah mimpi tersebut banyak menyita perhatian manusia. Imam an-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim berkata, "Para ulama mengatakan, rahasia kenapa wahyu pertama yang diterima Rasulullah berupa Ru`ya adalah agar beliau tidak dikejutkan oleh malaikat dengan kedatangan risalah kenabian secara terang-terangan dan mendadak yang tidak dapat ditanggung oleh kekuatan manusia. Karenanya dimulai dengan sifat kenabian pertama dan beberapa kabar gembira berupa mimpi yang benar."

Perbedaan antara Ru`ya dan Ahlam

Syaikh al-Munajjid berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ru`ya Shadiqah (mimpi baik) berasal dari Allah dan 'Hulm' (jamaknya Ahlam) berasal dari setan." Ru`ya yang dinisbatkan kepada Allah subhanahu wata'alaÆ’ntidak dikatakan Hulm dan yang dinisbatkan kepada setan tidak dikatakan Ru`ya. Perbedaan ini telah ditunjukkan oleh syari'at. Ru`ya adalah hal baik yang dilihat manusia dalam mimpinya sedangkan Hulm adalah apa yang diimpikan dan dilihat dalam mimpi. Keduanya masih sinonim." Sedangkan al-Alusi dalam tafsirnya menyebutkan, Ru`ya dan Ahlam adalah apa dilihat seorang yang tidur secara mutlak, hanya saja penggunaan Ru`ya lebih dominan untuk hal yang baik sedangkan Ahlam sebaliknya.

Hakikat Mimpi

Para ulama mengatakan bahwa ruh manusia memiliki tiga jiwa. Mengenai hal ini, Allah subhanahu wata'alaberfirman, artinya, "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahanlah jiwa (orang) yang telah Ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan." (QS. az-Zumar: 42). Ruh merupakan beberapa jiwa dan jiwa-jiwa itu ada pada saat mimpi, di antaranya;

- Jiwa yang ada bersama orang tidur, yang selalu mendatanginya dan membuat hidupnya berjalan.

- Jiwa yang dicabut oleh Allah subhanahu wata'ala dan dimatikan-Nya. Jiwa ini berada di sisi-Nya.

- Jiwa yang berjalan-jalan dan pergi ke sana ke mari. Jiwa ini terpisah dari raga. Setiap jiwa-jiwa ini dekat dengan badan lalu kembali kepadanya secepat kilat. Maka, jiwa yang berjalan-jalan inilah jiwa yang darinya dan perjalanannya timbul Ru`ya dan Ahlam. Bila jiwa ini ditiup malaikat, maka ia membuat permisalan baginya, baik berupa lafazh-lafazh, bentuk-bentuk atau kejadian-kejadian, dzat-dzat dan kisah-kisah. Maka ketika itu, Ru`ya merupakan permisalan dari malaikat. Bagian ini adalah Ru`ya yang benar adanya.

Klasifikasi Mimpi

Secara asal, seperti yang disebut kan Syaikh Khalid al-'Anbari, mimpi ada tiga jenis:

Pertama, Ru`ya Shalihah yang merupakan kabar gembira dari Allah subhanahu wata'ala dan satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian.

Ke dua, Mimpi buruk dan dibenci, yaitu hal-hal menakutkan yang berasal dari syetan untuk membuat manusia bersedih dan mempermainkannya di dalam mimpi.

Ke tiga, Mimpi yang diakibatkan kondisi psikologis seseorang dalam keadaan jaga, lalu terbawa ke dalam mimpinya, termasuk juga hal yang biasa dilihatnya waktu jaga seperti orang yang biasanya makan pada waktu tertentu lalu tidur ketika itu, maka ia melihat dirinya makan dalam mimpi, atau merasa muak dengan makanan atau minuman, lalu bermimpi sedang muntah.

Sedangkan selebihnya, maka hanyalah mimpi-mimpi kosong saja, yakni mimpi-mimpi yang bercampur baur dan tidak layak dita'bir karena bercampur-baur dan tidak memenuhi standar dasar Ru`ya! Sebagian ulama mengatakan, mimpi ada tiga jenis:

Pertama, Ru`ya yang merupakan kabar gembira dari Allah subhanahu wata'ala, yaitu Ru`ya Shalihah seperti yang terdapat dalam hadits.

Ke dua, Mimpi peringatan dan berasal dari setan.

Ke tiga, mimpi yang ditimbulkan oleh diri seseorang.

Mimpi peringatan syetan adalah merupakan mimpi yang batil, yang tidak perlu dianggap.!

Kesalahan dalam Masalah Mimpi dan Sikap Mukmin

Ada beberapa kesalahan yang dilakukan banyak orang, di antaranya:

- Terlalu tergesa-gesa dalam menceritakan mimpinya kepada setiap orang, tanpa memilah dan memilih lagi. Tidak mesti pula, semua mimpinya itu harus ia tanyakan kepada orang; bila bertanya, maka hendaknya ia menyeleksi orang-orang yang mengetahui tentang mimpi. Hendaknya ia bertanya kepada ulama dan bukan orang-orang jahil sebab sebagian mimpi ada yang tidak diketahui ta'birnya kecuali setelah dilakukan perenungan dan pengamatan. Ada di antaranya yang jelas ta'birnya dan ada yang masih terselubung. Tidak harus orang yang dikenal ahli ta'bir mimpi di mana apa yang dita'birnya itu banyak yang tepat, pasti selalu tepat. Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada Abu Bakar radhiyallahu 'anhu mengenai ta'bir mimpi, lalu ia mena'birnya, maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya, "Kamu tepat pada sebagian dan keliru pada sebagian yang lain." Padahal beliau termasuk orang yang dikenal pandai mena'bir mimpi.!?

- Ada sebagian orang misalnya, bila melihat dalam mimpinya ada bagian giginya yang patah, ia lalu mena'birnya dengan kehilangan salah seorang yang dikasihinya seperti anaknya atau orangtuanya. Ini adalah keliru, sebab mimpi yang terkait dengan gigi itu memiliki banyak kondisi; gigi bagian atas, bagian bawah, bagian depan, belakang, gigi taring; semuanya tidak sama dalam Pena'birannya dan perlu rincian.!! Bila mengalami mimpi buruk sepertinya, maka tidak perlu bersedih dan hendaknya memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wata'ala, lalu meludah kecil ke sebelah kiri seraya membalikkan badannya ke arah lain. Bila hal ini dilakukan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi petunjuk, "Sebab hal itu tidak membahayakannya." (Abu Hafshoh)

SUMBER: - Ahkam ar-Ru`a Wa al-Ahlam, Syaikh Shalih Abdul Aziz Al Syaikh. ØŒSittuna Mas`alah Haula ar-Ru`ya Wa al-Ahlam, Abu 'Azzam al-Makki

Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan Artikel ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin

Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuapi anaknya makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas,
sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu meminumnya. Benarkan cara demikian?

Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup makanan atau minuman.

Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan "Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya". (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup makanan atau minuman, itu juga yang saya lakukan kepada anak saya.

Dan alhamdulillah ketika tadi coba browse ke internet, ternyata dari salah satu milis kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahwa:
apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan CO2 yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic.
dan saya ingat juga bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas, hal ini juga dilarang,
ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahwa ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.

Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, karena Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, bisa jadi itu adalah salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang belum terungkap oleh manusia.

Wallahu A'lam
Cahaya merupakan simbol dari pencerahan spiritual. Ilmu adalah cahaya.
Iman adalah cahaya. Bekas-bekas basuhan air wudhu di wajah adalah
cahaya. Alquran adalah cahaya. Setiap amal saleh yang kita lakukan
hakikatnya adalah cahaya. Sejatinya, cahaya spiritual akan membimbing
serta menerangi kehidupan manusia, tidak hanya di dunia saja tapi juga
sampai ke akhirat kelak.

Di sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba
beriman yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah
yang akan membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar. Allah SWT
berfirman, Pada hari ketika kamu melihat orang Mukmin laki-laki dan
perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada berita
gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai
yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al
Hadiid [57]: 12).

Pertanyaannya, apa kaitan shalat Subuh dengan cahaya? Di awal telah
diungkapkan bahwa semua amal saleh hakikatnya adalah cahaya. Karena
shalat Subuh adalah sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis
ia pun termasuk cahaya. Cahaya seperti apa? Dalam sebuah hadis dari
Buraidah Al Aslami, Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di
pagi hari), dengan cahaya yang sempurna di akhirat kelak. (HR Abu
Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sungguh mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar,
gBahwa tubuh mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari berbagai
arah, saat mereka mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath
kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan yang diikuti
cahaya yang sempurna. Kegelapan yang diikuti cahaya terang, bukan
cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya begitu
sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di tengah
kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya yang
melingkupinya. Pantas jika Rasulullah SAW mengungkapkan janji ini.
Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang
terbitnya fajar, adalah waktu yang paling gelap dari keseluruhan
malam? Saat itu adalah saat terjadinya pertukaran antara malam dan
siang. Bulan dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari
belum muncul ke permukaan. Saat itu adalah saat-saat di mana cahaya
yang menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi
mencapai kegelapan yang sempurna.

Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan
shalat Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW
mengajak kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang
terungkap lewat kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam
setiap langkah kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta
mengangkat kita satu derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula,
Allah SWT menaburkan cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa
orang-orang yang memenuhi panggilannya. Tahukah Anda bahwa peristiwa
itu terjadi setiap hari, di pagi hari.

Karena tu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, saat kita
berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari, Ya Allah, jadikanlah
di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada
pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah
dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku
cahaya, dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya dan
jadikanlah aku cahaya (HR Muslim dan Abu Dawud).

Sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar, adalah momen-momen
yang sangat dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa,
Allah SWT pun menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak,
saat itulah para malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan
harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia.
Malaikat siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada
waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar.
Kemudian malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah
Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui
segalanya), 'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?'. Mereka
menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun
mendatangi mereka ketika dalam keadaan shalat'. (HR Bukhari Muslim).

Siapa pun yang mampu meraih keberkahan ini, maka di akhirat kelak kado
istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah,
Dzat Yang Mahatinggi. Masuk surga itu adalah nikmat yang teramat
besar. Namun, kenikmatan surga tiada artinya jika dibandingkan dengan
menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak
kenikmatan dan kebahagiaan. Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini.
Dari Jair bin Abdillah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika
kami tengah berada di sisi Nabi SAW, beliau memandang ke arah bulan
purnama, lalu bersabda, 'Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian
sebagaimana kalian melihat bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian
sanggup untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan
sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah'. Kemudian beliau membaca ayat
ini: dan bertasbihlah memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan
sebelum tenggelamnya (QS Thaahaa [20]: 30). (HR Bukhari).

Alasan dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi karena pada
kedua waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan
istirahat malam, sedangkan Ashar adalah waktu beristirahat seusai
melakukan berbagai kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang
istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya mampu pula menjaga shalat
fardu pada waktu-waktu lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar